Entri Populer

Sabtu, 26 Februari 2011

Suara Ibu yang Menenangkan

SHUTTERSTOCK
Suara ibu yang memiliki hubungan baik dengan anaknya bisa memberikan efek menenangkan ketika si anak sedang mengalami tekanan atau stres.
KOMPAS.com — Tak hanya bisa menenangkan kita lewat elus dan peluknya, ternyata suara ibu pun bisa memberi efek menenangkan bagi anaknya. Bahkan ditengarai, suara seorang ibu dari pasien yang terbaring koma bisa membantunya keluar dari kondisinya dan kembali beraktivitas.

Baru-baru ini, Universitas Wisconsin di Amerika Serikat meneliti 61 orang perempuan berusia 7-12 tahun beserta ibunya masing-masing untuk mengetahui apakah efek dari suara seorang ibu sama menenangkannya dengan pelukan dan kecupan. Para responden muda ini diminta untuk mengerjakan soal Matematika di depan panel juri. Situasi semacam ini, menurut para peneliti, akan membuat jantung dan tekanan darah seorang anak meningkat. Masing-masing responden diukur level hormon oksitosin dan kortisolnya.



Hormon oksitosin adalah hormon yang menunjukkan ikatan dan membuat rasa tenang dan nyaman. Sementara hormon kortisol adalah hormon yang meningkat saat seseorang sedang menghadapi keadaan yang penuh tekanan (stres).

Selama ini diasumsikan bahwa untuk mengeluarkan hormon oksitosin diperlukan kontak fisik. "Kami merasa tergelitik untuk mencari tahu apa yang akan terjadi ketika kontak lewat suara dari seseorang yang kita kasihi akan memberikan efek yang sama dengan kontak fisik," terang Seth Pollak, profesor psikologi dari Universitas Wisconsin.

Seusai mengerjakan tugasnya, para responden dibagi dalam tiga ruangan. Di ruangan pertama, masing-masing ibu mereka sudah menunggu dan langsung memberikan peluk dan kecup hangat, sekaligus memberi ucapan penyemangat. Di ruangan kedua, para responden menerima telepon dari ibunya masing-masing, dengan ucapan-ucapan penyemangat dan menenangkan yang serupa dengan ibu di kamar pertama. Di kamar ketiga, para responden tidak bertemu dengan ibu mereka, tetapi menonton film March of the Penguins yang bercerita tentang kehangatan keluarga penguin.

Para peneliti kemudian menghitung level hormon dari masing-masing responden. Tak mengejutkan, hasil para responden di kamar pertama menunjukkan, kadar hormon oksitosin meningkat dan kadar hormon kortisol menurun. Yang mengejutkan adalah, kadar tersebut tak jauh berbeda dengan yang dimiliki oleh masing-masing anak yang berada di kamar kedua. Sementara para responden yang berada di kamar ketiga tidak menunjukkan adanya peningkatan oksitosin, tetapi level kortisolnya terus meningkat selama satu jam seusai mengerjakan tugas tadi.

"Yang mengejutkan dari penelitian ini adalah, kebanyakan literatur mengatakan, untuk menaikkan kadar oksitosin dibutuhkan sentuhan fisik. Namun, melalui penelitian ini, terbukti bahwa lewat suara pun bisa meningkatkan level oksitosin," jelas Pollack.

Namun, Pollack mengingatkan bahwa hal ini tak selalu berlaku sama untuk semua hubungan ibu-anak. Karena semakin rumit, ikatan ibu dan anak akan berpengaruh pula pada tingkat hormon oksitosin yang dihasilkan. Ini mengapa mereka memutuskan menggunakan anak-anak prapubertas. Pada usia tersebut, anak-anak masih membutuhkan dukungan orangtuanya. Semakin beranjak dewasa, hubungan seseorang dengan orangtuanya cenderung makin kompleks dan berjarak. Pollack menjanjikan akan lebih mengeksplorasi efek dari suara ibu dalam sebuah hubungan yang kompleks lebih mendalam lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar